Sejumlah ulama masyhur berkata bahwa segala bentuk
musakat, kepahitan atau kegetiran di muka bumi ini, bagaimana pun bentuk, besar
dan lamanya ia, takkan melekat mati pada insan yang dihinggapinya.
Justru, semakin berat musibah itu, semakin dekat pula saat-saat ia akan hilang
melenyap. Semakin dekat masa-masa indah yang datang menyapa mata dan menyeruakkan kalbu. Sebab, pertolongan Allah dan ihsan itu, acapkali datang tatkala kesulitan
dan ujian sedang berat-beratnya.
Bukankah pertolongan Allah
itu hadir bagi nabi Musa saat ia dan kaumnya tak mendapati jalan tuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya? Bukankah pertolongan itu
nyata Allah turunkan tatkala Namrud hendak membakar nabi Ibrahim yang begitu mulia dengan tauhid dan
kesabarannya? Pun bukankah pertolongan itu
nyata Allah ulurkan saat bunda Ismail, Siti Hajar, berada di puncak kebingungan
dan kecemasan, lelah rasanya berlarian menapaki dan menuruni bukit Safa dan
Marwah namun tak juga menemukan setetes air maupun sesuap makanan untuk
putranya yang tercinta?
Dalam surah Al-Insyirah ayat
ke- 5, Allah SWT berfirman, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan”. Lalu Dia tegaskan janji-Nya ini sekali lagi, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.
Dan lihatlah, bukankah
kesudahan malam yang gelap pekat adalah kedatangan sang fajar yang menyingsing
dengan indah?
Komentar
Posting Komentar