Langsung ke konten utama

Postingan

Dari Hideyoshi Toyotomi dan Ibn Khaldun

Pramoedya Ananta Toer menuturkan bahwa orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya.           Tuturan Pak Pram itu termirat pada diri seorang anak yang terlahir dari rahim keluarga yang tak berada. Ayahnya seorang petani miskin, sedang ibunya hanyalah seorang penggarap lahan di sebuah desa di Nakamura, Jepang, belaka. Ia bertampang jelek, bertubuh pendek, tak berpendidikan, tanpa status sosial apapun, bertelinga merah lagi bertubuh kerempeng, dan berpenampilan amat tidak karuan. Olehnya itu, ia pun dijuluki monyet oleh orang-orang di sekitarnya. Dialah Hideyoshi Toyotomi.           Meskipun anak yang menyandang nama asli Kinoshita Tokichiro ini lahir dalam kondisi demikian, walaupun sebagian mata memandangnya laiknya ditimpa sebuah kutukan, sebab nyaris tak ada kelebihan yang dapat dijadikan pijakan untuk menatap masa depan, namun tidak pernah ia meratap sedih at
Postingan terbaru

Gelap Malam dan Singsingan Fajar

Sejumlah ulama masyhur berkata bahwa segala bentuk musakat, kepahitan atau kegetiran di muka bumi ini, bagaimana pun bentuk, besar dan lamanya ia, takkan melekat mati pada insan yang dihinggapinya. Justru, semakin berat musibah itu, semakin dekat pula saat-saat ia akan hilang melenyap. Semakin dekat masa-masa indah yang datang menyapa mata dan menyeruakkan kalbu. Sebab, pertolongan Allah dan ihsan itu, acapkali datang tatkala kesulitan dan ujian   sedang berat-beratnya. Bukankah pertolongan Allah itu hadir bagi nabi Musa saat ia dan kaumnya tak mendapati jalan tuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya?  Bukankah pertolongan itu nyata Allah turunkan tatkala Namrud hendak  membakar  nabi Ibrahim yang begitu mulia dengan tauhid dan kesabarannya?  Pun bukankah pertolongan itu nyata Allah ulurkan saat bunda Ismail, Siti Hajar, berada di puncak kebingungan dan kecemasan, lelah rasanya berlarian menapaki dan menuruni bukit Safa dan Marwah namun tak juga menemukan sete

Dengan Yang Lebih Baik

Dalam buku La Tahzan karya Dr. 'Aidh al-Qarni, Ibnu Rajab mengisahkan bahwa dahulu kala hiduplah seorang ahli ibadah di tanah Mekkah. Ahli ibadah itu nyaris saja kehabisan bekal dan ditimpa kelaparan. Oleh sebab itu, tubuhnya limbung setiap kali mengayunkan langkah kaki. Namun, saat sedang berjalan di salah satuh gang di kota Mekkah, Ia menemukan seuntai kalung yang begitu indah. Diambilnya kalung itu, lalu beranjak menuju Masjidil Haram. Sesampainya di Masjidil Haram, tiba-tiba seorang lelaki separuh baya mengumumkan bahwa dirinya telah kehilangan sebuah kalung. Orang itu menjelaskan bentuk kalung itu dengan begitu detail. Dan ternyata, dari seluruh keterangan yang disampaikan, semua mengacu kepada kalung yang ditemukan oleh ahli ibadah tersebut. Sang ahli ibadah pun memberikan kalung itu kepada sang empunya dengan sedikit harapan akan diberi apresiasi. Namun, jangankan untuk mendapat apresiasi, ucapan terimakasih sekali pun tak berkatup di bibir pemilik kalung itu. Ia pergi

Kebaikan Mendatangkan Kebaikan

Suatu hari, seorang bocah miskin bernama  Howard Kelly  sedang berjualan dari rumah ke rumah demi membiayai sekolahnya. Ia merasa lapar dan haus, tetapi ia hanya punya sedikit uang. Ia memutuskan untuk meminta makanan dari rumah terdekat. Tetapi, ketika seorang gadis kecil membukakan pintu, ia mengurungkan niatnya untuk meminta makanan, keberaniannya hilang dalam sesaat. Akhirnya ia hanya meminta segelas air putih untuk menjadi penawar dahaganya. Gadis muda itu berpikir pastilah anak ini merasa lapar, dibawakannyalah segelas besar susu untuknya. Bocah itu meminumnya perlahan lalu bertanya, “Barapa saya berutang kepadamu?” Si gadis menjawab, “Kamu tidak berutang apa pun, ibuku mengajarkan untuk tidak menerima bayaran apa pun dari perbuatan yang kami lakukan.” Belasan tahun belalu,. Si gadis kecil tadi sudah tumbuh dewasa. Suatu ketika dia mengalami sakit yang sangat parah. Dokter yang menanganinya merasa bingung dan akhirnya memutuskan untuk mengirimnya ke sebuah rumah sakit di

Asupan Pikiran

Ketika Anda merasa lapar dan di hadapan Anda tersaji tiga menu yaitu makanan rumahan, makanan hotel berbintang lima, dan makanan dari keranjang sampah. Mana yang akan Anda pilih? Ketika pertanyaan ini dilontarkan oleh Dr. Ibrahim dalam seminar dan pelatihan yang Ia gelar, tak seorang pun memilih makanan dari keranjang sampah. Ada yang memilih makanan rumahan dan makanan hotel hotel berbintang. Mengapa demikian? Karena, setiap orang sangat memerhatikan kelangsungan hidupnya. Tak seorang pun memilih sesuatu yang berdampak negative bagi kelangsungan hidupnya. Namun, Jika manusia benar-benar tidak ingin meletakkan sesuatu yang berbahaya dalam tubuhnya, lalu mengapa ia mengisi pikirannya dengan hal-hal yang berpengaruh negative pada setiap aspek hidupnya, termasuk kesehatan jiwa dan raganya? Mengapa Ia memberi gizi pikirannya dari keranjang sampah? Hal ini bergantung pada proses sebelumnya: orangtua, keluarga, lingkungan, sekolah dan media informasi. Jadi, kita hampir tak punya pili

Lidah dan Akal

Seorang anak laki-laki duduk di hadapan Rasulullah saw. mendengarkan untaian ilmu penuh hikmah dengan keseriusan. Dengan mudahnya ia mencerna kata demi kata yang mengalir dari bibir Rasulullah saw. dan menyerapnya. Rasa keingintahuan yang tinggi membuatnya betah berada di sisi beliau untuk belajar tanpa mengenal waktu dan lelah. Anak lelaki itu adalah Ibnu Abbas r.a. Ketinggian ilmunya didengar oleh para sahabat sepeninggal Rasulullah saw. Padahal, saat itu lbnu Abbas r.a. baru berusia 13 tahun. Umar bin Khaththab r.a. pun sering meminta pendapatnya ketika menghadapi masalah yang pelik. Ketika seorang sahabat bertanya kepadanya, "Bagaimana engkau mendapatkan ilmu ini, wahai Ibnu Abbas?. Dengan lidah yang gemar bertanya dan akal yang suka berpikir," jawabnya. Dari hal itulah Ibnu Abbas r.a. menjadi tempat bertanya karena kegemarannya bertanya. la pun menjadi tempat mencari ilmu karena kegemarannya mencari ilmu. source: ceritainspirasimuslim