Pramoedya Ananta Toer menuturkan bahwa orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya. Tuturan Pak Pram itu termirat pada diri seorang anak yang terlahir dari rahim keluarga yang tak berada. Ayahnya seorang petani miskin, sedang ibunya hanyalah seorang penggarap lahan di sebuah desa di Nakamura, Jepang, belaka. Ia bertampang jelek, bertubuh pendek, tak berpendidikan, tanpa status sosial apapun, bertelinga merah lagi bertubuh kerempeng, dan berpenampilan amat tidak karuan. Olehnya itu, ia pun dijuluki monyet oleh orang-orang di sekitarnya. Dialah Hideyoshi Toyotomi. Meskipun anak yang menyandang nama asli Kinoshita Tokichiro ini lahir dalam kondisi demikian, walaupun sebagian mata memandangnya laiknya ditimpa sebuah kutukan, sebab nyaris tak ada kelebihan yang dapat dijadikan pijakan untuk menatap masa depan, namun tidak pernah ia meratap sedih at
Sejumlah ulama masyhur berkata bahwa segala bentuk musakat, kepahitan atau kegetiran di muka bumi ini, bagaimana pun bentuk, besar dan lamanya ia, takkan melekat mati pada insan yang dihinggapinya. Justru, semakin berat musibah itu, semakin dekat pula saat-saat ia akan hilang melenyap. Semakin dekat masa-masa indah yang datang menyapa mata dan menyeruakkan kalbu. Sebab, pertolongan Allah dan ihsan itu, acapkali datang tatkala kesulitan dan ujian sedang berat-beratnya. Bukankah pertolongan Allah itu hadir bagi nabi Musa saat ia dan kaumnya tak mendapati jalan tuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya? Bukankah pertolongan itu nyata Allah turunkan tatkala Namrud hendak membakar nabi Ibrahim yang begitu mulia dengan tauhid dan kesabarannya? Pun bukankah pertolongan itu nyata Allah ulurkan saat bunda Ismail, Siti Hajar, berada di puncak kebingungan dan kecemasan, lelah rasanya berlarian menapaki dan menuruni bukit Safa dan Marwah namun tak juga menemukan sete